Sabtu, 09 Maret 2013

REVIEW: PERMATA DALAM LUMPUR

Okay, so, it's a book. Documentary book, I guess. I didn't bring the book here with me cause apparently, my mom loves it too much she brought that back to Balikpapan. I was trying my best to find the cover in Google, but, apparently again, that book is not popular in whatsoever condition.

Maybe it's just me who's weird to like that book .__.

Btw, there I was, standing in Gramed, feeling lost. I really don't know what to buy. The only reason I was there is because I wanna buy Dorland, which I know now is not as simple as you, wanna buy a pack of cassava chips (let's just say it that way).

But then, my eyes were nailed down to a book. It was black, my favorite color. Something draws my hand to pick it up. "Permata dalam Lumpur" the cover said "Mengungkap Rahasia Kelam Perkampungan Dolly"

"Well that's weird" I remembered. Suddenly my mind brought me all the way when I was a kid. Ah, that time, "Feeling Unsecured" was my middle name. A little girl, with skinny characteristic and asthma on the way. Don't wanna brag, but I am smart, but again people don't  see me because of my passiveness. Knowing that fact, my mom told me over and over that "Mutiara akan selalu bersinar, dimana pun dia. Di pinggir pantai, maupun di air comberan, ia adalah mutiara, ia akan selalu bersinar"

"Jadilah mutiara, walau kau ditaruh ditengah lumpur sekali pun" that's one of the word which makes me to go this far.

Pendek kata, I bought that book, went home, read it all over in 2 hours, pertanda itu buku yang sangat bagus!

So, that book was telling me about Dolly, a prostitution village in Surabaya. Prostitution, hmm... I bet all of you are thinking about the same thing: "What's this kid doing around this line? Inappropriate!"

Alright, it's all up to you to judge me, really, I don't care. But please, read first. Don't judge a book from it's cover.

Buku itu menceritakan (or should I say mendokumentasikan?) kehidupan para pelacur di Dolly. Iya, Dolly yang itu. Yang apparently kampung prostitusi terbesar di Asia Tenggara itu (eh Asia Tenggara apa Asia ya? Pokoknya terbesar) mengalahkan Thailand bahkan.

Membaca buku ini, mata saya benar-benar dibuka tentang apa yang terjadi di Indonesia, lebih dari orang-orang Indonesia yang setiap hari mantengin channel TV lokal. I mean, acara gosip gak bakal ngomongin tentang para pelacur itu kan?

Membaca buku ini, kalau memang anda tertarik dengan kehidupan sosial dan apa yang terjadi didalamnya (dan bukan tentang artis!) anda pasti akan manggut-manggut sendiri. Menyadari, kalau apa yang selama ini ditanamkan masyarakat, opini-opini itu, tidak semuanya benar. Sama seperti dokter yang disalahkaprahkan memegang hidup mati pasien, prostitusi juga seperti itu. Tidak percaya? Tanyakan saja tetanggamu, atau dirimu sendiri sekarang. Mayoritas pasti beranggapan kalau prostitusi itu buruk, dan yang buruk dari yang terburuk pasti para pelacurnya. Padahal kalau kita menelaah, dari satu perspektif ke perspektif yang lain, para pelacur itu, sedikit banyak hanyalah seseorang yang dikorbankan. Mayoritas dari mereka adalah perempuan-perempuan desa yang merantau ke kota dengan iming-iming akan dipekerjakan dengan gaji yang lumayan. Eh ternyata sesampainya disini (kota maksudnya) mereka malah dibawa ke mucikari, dijadikan antek-antek pemuas nafsu lelaki.

"Saya sebenarnya nggak mau begini. Kalau saya diberi kesempatan, ada modal, saya lebih memilih untuk berjualan." itu merupakan kata-kata yang saya ingat diucapkan oleh salah seorang prostitute di buku itu. Maaf lupa namanya siapa, udah lama banget ngga baca bukunya.

See? Mereka bahkan ingin bebas. BANYAK, dari mereka yang ingin bebas. Dan satu-satunya dinding pembatas antara mereka dan kebebasan itu adalah EKONOMI. Mereka bingung, harus lari kemana, kepada siapa, saat semua orang memandang mereka lebih hina dari seekor lalat sekalipun. Mereka malu, untuk pulang, kembali ke kampung mereka, dan toh kalau sudah disana bisa kerja apa? Berjualan di kampung dan di desa pasti untungnya lebih besar di kota.

Buku ini juga membahas tentang "dalang-dalang" yang "bermain" pada bisnis ke-pelacur-an. Oh, tidak, saya tidak membicarakan tentang mucikari, bosen banget bicarain mereka. Namanya juga "dalang", adalah mereka orang-orang yang menjalankan bisnis ini secara kasat mata. Fakta lucu dan menggiris hati sebenarnya adalah ternyata, pemerintah kita juga ikut ambil andil dalam bisnis ini. Pernah bertanya-tanya nggak sih.. eh, mikir aja deh, kenapa sih kok ada tempat prostitusi sebesar itu, senyata itu, tapi nggak juga diberi peringatan nyata? Nggak juga diusut sebagai isu nasional karena well, memalukan negeri kita yang notabene mayoritas Islam?

Pokoknya.. Baca aja deh! Entah kalian yang tertarik dengan sosial, hukum-politik, agama, kesehatan, dan tentunya budaya, coba deh buka mata kalian dengan buku yang multi-persepsi ini :)

Sabtu, 06 Oktober 2012

The Arising

Segera pikiranku berhenti. Terpaku.
"Orang itu bohong" serta merta ketiga orang didalam pikiranku berteriak. Dan, ia muncul kembali. Pribadi yang keempat. Bakatku.

Ia, bila kugambarkan,hanyalah sesosok hitam tanpa wajah. Keberadaannya sampai saat ini, remains mysterious. Entah aku mendapatkannya dimana, atau kapan, tapi ia muncul, mostly, ketika ketiga orang keras kepala itu memiliki pandangan yang sama. Terkadang, ia juga muncul dengan sendirinya. Sesuka hatinya.

Orang itu memperhatikan dengan tatapan kosong. Datar serupa air. Sepersekian detik kemudian, ia tahu, orang itu tidak sekedar berbohong, ia juga memiliki sisi baik. Ia setia, ia takut, dan dia bukan penipu ulung. Tidak cukup ulung untuk membohongi orang itu.

"Perhatikan gerak geriknya. Body language. Tangan bersedekap, tanda tertutup. Ia menyimpan sesuatu. Tapi, lihatlah gaya bicaranya, terkesan dibuat-buat. Oh! Lihat kakinya sedikit terbuka, dia merasa dia tahu segalanya, merasa ia diatas angin, orang yang bodoh. Dagu sering naik ke atas, ia berusaha meyakinkan. Matanya, jendela hatiya itu, ia palingkan. Ia tidak suka dengan arah pembicaraan itu. Again, dia berusaha menutupi sesuatu. Nah, bandingkan dengan orang yang satunya" si misterius terus berbicara, menerangkan, sementara kami hanya diam. Darimana ia tau semua ini?

"Dia," lanjutnya, menunjuk orang yang lain "memiliki pembawaan yang terbuka, terlihat dari tangannya, yang juga sering terbuka. Lihat gaya bicaranya, sangat naif! Ah, andai banyak orang-orang yang seperti itu. Walau begitu, ia pun menutupi sesuatu. Ia tidak senaif itu, terlihat dari gaya bicaranya yang pintar, tetapi berusaha ia tutupi dengan keceriaannya. Kemudian..."

Ia terus menjelaskan, terus dan terus, dan kami memperhatikan dengan seksama. We were drawn by him, by his knowledge. Sampai akhirnya seorang tua menyadarkanku, mendisiplinkanku lagi, bahwa kewajibanku masih banyak, sedang aku belum melakukan apapun. Si misterius pun terdiam, ia mengerti. Kami beranjak.

Senin, 01 Oktober 2012

Oiaaa!!

Ha! Sempet kelupa kan, tentang satu hal sepele tapi multimakna ini! Udah jarang buka twitter sih! *serta merta menyalahkan FK*

Hmm.. Oke, where should i start to make it not subjectively speaking?
(Bagi yang bingung dengan susunan bahasa Inggris saya, maaf ya, ini gabungan dari tidak ngeles dan jarang berlatih dan keracunan slank .__. /| )

Aduh sampe lupa mau cerita apa kan!

Oh ya, buat siapa pun yang memperhatikan dan peduli, sekarang (dan dari kemaren-kemaren sih sebenarnya) ada satu fenomena di twitter yang ih gak banget deh! Tau gak fenomena apa? Ah, paling gak tau, ujung-ujungnya pasti harus dikasih tau. Fenomena itu adalaaahh *jengjengjeeeng* suka memelesetkan sesuatu!!!

Alright, sebagai probably 1% of Indonesians who don't wanna imitate irresponsibly, aku masih ngerti lah, masih mahfum dengan kebiasaan 99% yang lain untuk mengimitasi. Mulai dari barang-barang, aksesoris, buku, sampe ke makanan pasti adaaaa aja deh yang dibuat palsunya, alasannya supaya ekonomis bilang. Oke! Whatevs you say, i'm not and never will be an economist, i'm fine with it.

Tapi mengimitasi dan merubah kata-kata Allah?! *lantas lempar batu*

 Hayoloooo yang kaget.. Sadar diri. Takut nih kumarahin? Takut mana sama Allah?

Sering bete sendiri gitu ya, pas buka, baca TL, ada aja gitu oknum yang update status, dan lantas kata-kata seperti "Ya Allah" atau "Astaghfirullah" diplesetkan jadi "yaowooohh" dan "astapiruloh" "astajim" "atapiloh" dsb, bahkan kabarnya ada yang memplesetkan "Allahuakbar" menjadi "Anjinghuakbar"

Hati-hati aja yang update begitu, aku tau, dan adalah temanku, atau aku kenal sama dia. Hati-hati, sekestau aja.

Coba deh, bete nggak sih? Rasa mau ninju doi nggak sih? (eaaaa keluar sisi gelapnya)

Tapi beneran deh, 'panas' banget rasanya ngeliat oknum yang begitu itu.
Kalau dilihat dari segi ekonomis, apa sih yang mesti 'diekonomisin'? Itu kan cuma tulisan!
Dari segi pergaulan, emang bicara seperti itu bisa disebut gaul ya? Belum pernah tuh ada ceritanya anak cupu berubah gaul gara-gara update 'Astapiloh kolor gue hilang' misalnya. Kalau yang dicari gaulnya, nggak mungkin berarti kan?
Dan yang terpenting, dari SEGI TAU DIRI. Dia itu, Allah itu, adalah Dzat yang memberimu hidup. Dia yang mengatur setiap hari, jam 6 sore itu pasti dawn, dan jam 6 besoknya matahari udah nongol. Dia yang mengatur setiap makhluk pasti memiliki pasangan supaya nggak kesepian. Dia yang mengatur supaya manusia bumi ini gak jatuh atau melayang-layang gak jelas cuma gara-gara bumi ini bulat.

Oke, belum berasa seberapa pentingnya Allah buat kalian? Then let's make it more exciting, shall we? Hope you, my friend, can understand what i'm saying.

Dia, adalah Dzat yang membuat tubuhmu cuma dari air mani. Sperma yang membuahi ovum kemudian menjadi satu sel yang akan terus membelah, kelipatan 2, sampai 16. Sel itu kemudian membentuk dua lempengan. Dari lempengan, akan terjadi invaginasi untuk membentuk lapisan ketiga. Dari tiga lapisan ini, kemudian akan berdiferensiasi menjadi bagian-bagian yang berbeda. Bagian-bagian inilah yang akan mengalami organogenesis yang kemudian bersatu lagi menjadi suatu part yang lengkap bernama individu, yaitu kamu.

Bingung?
Hahaha itu versi singkat dan awut-awutannya. Saya tidak menjelaskan tentang bentuk, waktu berdasarkan minggu, berdasarkan hari, ukuran, bagian apa menjadi apa, tidak. Kalau saya jelaskan? Hahaha....

Sekarang bayangkan, gausah susah-susah deh, saya takut kalian gila. Apabila pada saat pembuahan aja, sperma yang membuahi ovum ibu itu sperma yang lain, maka sim salabim! Kalian gak akan ada sekarang.

"Ah gak papa, kalo gue gak ada didunia ini, then so what? Toh gue masih main-main di surga"

Oke. Skenario kedua.
Kalau Allah itu jahat, atau gini deh, kalau Allah itu saya, saya yang memutuskan takdir seseorang... Well, karena saya tipe orang yang tegaan sih, buat aja sel-sel yang membelah itu jumlahnya nggak 16, tapi cuma 15, atau jadi 17, misalnya, karena saya tau toh setelah kalian hidup didunia kerjaannya malah memplesetkan pujian-pujian-Nya, sangat berlawanan dengan tujuan penciptaan manusia. Then apa yang terjadi sama kalian sekarang? Bisa aja tangan kalian sekarang ada tiga, atau kepala kalian ada dibelakang, atau lubang hidung kalian mengarah ke atas, bisa aja kan? Wallahu 'allam. Kun fayakun, Allah yang menentukan segalanya kok.

Dan dengan segala ini, kalian masih mempertanyakan keberadaan-Nya? Kekuasaan-Nya? Kalian berani memplesetkan pujian-Nya serupa seperti kalian memplesetkan sebutan untuk teman kalian? Entah deh, saya habis pikir. Jangan-jangan Allah memang sudah menaruh azab pada kalian, dengan tidak membiarkan logika akal dan pikiran kalian memproses segala kuasa-Nya? Jadi, hati kalian seperti tertutup gitu. Lagi-lagi, bisa aja kan ya? :>

Wallahu 'allam.

"Dan tidaklah kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku" (Adz-Zariyat : 56)

Dari ayat ini saya tangkap, bila seorang manusia tidak beribadah, bahkan sampai memperolok Tuhannya, Allah-nya, maka sesungguhnya ia bukan manusia. Ia bahkan tidak pantas masuk ke dalam bangsa jin. Sehina apakah makhluk ini?

Minggu, 30 September 2012

Kangen Dawa

Namanya Firstyaprilly Wahyuningtyas, biasa kami panggil Kak Tyas. Beliau adalah angkatan 2011, ketua asdos embriologi sekaligus asdos pembimbingku di embriologi. Cantik, putih, lucu gitu imut-imut, gak kurus, gak juga gemuk, mirip deh perawakannya sama Dawa, tapi ya, sebelum hari ini, cuma segitu sih aku merhatiinnya.

Tapi semua berubah saat review pertama dilaksanakan *apadeh

Jadi, tadi kan review materi tuh sama Kak Tyas, pertamanya sih kita cuma duduk aja gitu dikoridor lantai 4, sambil beliau menjelaskan. Kemudian, saat penjaga kampus lewat, dan mungkin juga beliau merasa kasihan dengan mahasiswa-mahasiswi yang seperti anak jalanan ini, beliau pun membukakan salah satu ruang seminar untuk kami. Merasa tidak enak (sebenarnya sih sudah PeWe, biarin deh kayak anak jalanan haha) kami pun pindah ke ruang Seminar tersebut.

Perasaanku masih datar, dan bahkan bermomen-momen selanjutnya juga masih datar melihat tingkah laku Kak Tyas yang mirip sekali dengan seseorang nun jauh disana. Maklum, aku tidak biasa membanding-bandingkan orang lain, apalagi sahabatku sendiri. Tapi memang deh sumpah abis, ada satu momen yang seperti nampar aku, yaitu saat Kak Tyas mengacung-acungkan bukunya sambil nutupin muka, bilang "Nih niiihh.. Aduh apa sih kok nggak jelas gini reviewnya? Hihihi" Itu Dawa bangeeeettttt aaaaaaaaa >.<

Kontan aku bilang "Ih kakak mirip teman Oky! Kakak orang Bandung kah? Kok putih sih kak? Kok imut-imut? Kyaaaa kakak mirip banget sama sahabat Oky kak!" Hedeh dasar kelewat jujur, langsung deh pertanyaan memberondol Kak Tyas, yang setelah bisa mikir pake akal sehat sekarang kesian Kak Tyasnya, kan nggak tau apa-apa.

Malamnya, aku langsung nge-tweet Dawa, bilang ada yang mirip hahaha (nggak penting banget!) ah gapapa biarin, abis lucu aja gitu ketemu uni Dawaaa di Negeri Antah Brantah ini *lebay deh

Sayangnya hape dalam keadaan rusak, alhasil nomor apalagi mau chat sama Dawa berasa mau ngubungi orang ditengah hutan, berhubung Dawa juga lagi sibuk. Ah pokoknya nanti kalo udah pake BB, pasang paket, chat Dawa, titik! :D

Home Sweet Home

Hari ini, 30 September 2012, merupakan hari jadiku dan Banjarmasin. Sebulan seminggu sudah aku disini. Dan selama disini pun, orang tua juga sudah mengunjungi.

Tapi, aduh namanya manusia, fase galau ini kenapa yo pasti ada aja?! :/

Pertama kali sampai disini, ya udah nyadar, kotanya jauh dari Balikpapan (jauh literally and metaphorically). Pasti bakal miss. Cuma nggak nyangka akan secepat ini.

Sumpah deh, dulu nggak berasa banget. Cuma "Pindah ya? Ke Banjar kan? Oh, yaudah sih." Tau aku kan? Ngyeh feeling-nya itu kuat banget (Oia gak tau ngyeh feeling ya?).

Tapi sekarang.... Aduh...
Teringat rumah. Nyamannya kamarku. Nyamannya ada papa mama. Nyamannya bareng keluarga terus. Nyamannya hening. Nyamannya sendiri. Ah, sendiri.. Betapa kesendirian itu sudah direnggut paksa dariku.

Lalu... Kangen Gerald kyaaaaaaaaaa >.<
Pernah ngerasain perasaan berharaaaapp banget, menunggu-nunggu sesuatuuuu banget? Nah, itu berasa disini. Sebenarnya otak tau, nggak mungkin dong serta merta Gerald hadir, siapa yang bawa kesini? Tapi hati sama mata kayaknya bersekongkol. Tiap liat Swift putih teteup gitu ya ngeliat plat nomor, dan pasti kecewa lah, orang yang dilihat platnya DA bukan KT!

Berharap punya kaos yang bertuliskan ini
Terus, dari rindu yang bertumpuk-tumpuk, sampailah ke stadium akhir : Kangen Balikpapan T.T
Lahir, tinggal, basically hidup menetap disini, membuatku percaya diri 100% kalau aku nggak akan kangen Balikpapan. I mean, apa sih yang harus dirindukan? Kotanya gitu-gitu aja kok.

Tapi sekarang, aku nyesel banget kenapa dulu nggak pernah gaul dah beli baju bertuliskan "I LOVE BPN" gitu. Nyeseeeelll banget! Aku kangen Balikpapan. Aku mau pulaaaang......
Balikpapan dari kejauhan: Kota Minyak (katanya) :p
Teringat kebersihan kotanya, jalan-jalannya yang bersih banget, pohon dikanan kiri jalan, dan GAK BERDEBU! Allahuakbar sesuatu sekali selama disini saya bersin-bersin terus, gara-gara katanya sih, Banjar lagi musim debu. Disini bahkan debu aja sampe dibikin musim?! :0 Subhanallah sekali!
Oia, juga, Balikpapan itu banyak Mall-nya. Jalanannya nggak ruwet. GAK MACET, pengemudinya masih tau-tau lalu lintas.

Laut dimana-mana! Aduuuhh ini nih bukti tanda-tanda udah kangen kronis. Aku bahkan tidak terlalu hobi main ke laut. Dan sekarang, bahkan aku merindukan Lamaru. Miapaaaahhh..!! .__.

Foto pas perpisahan kelas X kemaren di pantai. Kangeen!!
Port Semayang di malam hari
Dome. Kyaa dekat rumah!





Intinya.. Kalau aku punya Jet, atau Karpet Terbang, atau apapun, aku akan pulang. Tunggu aku yaaaa Balikpapanku :'''

Sabtu, 29 September 2012

Role Model

Eits! Sebelum kalian berasumsi bahwa saya akan menulis tentang Model, uh huh! Bukan tentang itu ya!

Role Model, yang well, memang kalo yang diartikan cuma 'Model'nya aja, pasti kalian berfikir saya sudah cuci otak disini. Bukan ya, Role model, yang kalau diindonesiakan berarti "Panutan" bisa siapa saja. Yang paling basic sih, ya orang tua. Kedua, guru (mungkin). Dan yang ketiga, khusus buat orang-orang yang imannya gak kuat (cieeee ngomongin iman) adalah teman.

Saya ingin bercerita tentang golongan ketiga, karena saya tahu, sebagian besar kalian pasti cinta dengan orang tuanya, sudah ngerti karakteristik gurunya disekolah, tapi masih juga bingung kenapa yang ketiga harus teman. *terlalu percaya diri

Ilmu lama sih sebenarnya, mengapa teman adalah orang yang menjadi guru kita selain orang tua dan guru. Alasannya sederhana : Seseorang cenderung dekat dengan temannya.


Teman-teman yang biasa dijadikan role model (biasanya) memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Nyadar Diri
Pasti mikir deh, kok nyadar diri? Ya iyalah, kamu boleh cantik, boleh pinter, boleh kaya, boleh apapun, tapi kamu nggak nyadar kalo kamu punya itu, pasti kamu nggak jauh-jauh jadi seseorang yang di-role-model-i (bagaimana kalau istilah ini kita sebut ModelliModella? Ngalih pang nulis 'di-role-model-i')
Oke, you're following me? Lanjuuutt~

2. Cantik/Ganteng
Ini nih, golongan orang yang paling banyak pengikutnya, terutama di Indonesia. Entah apa sugestinya, apakah dengan kamu ngikut orang yang good looking nanti mukamu yang jelek itu juga bisa keciprat good looking-nya si doi, ngga ngerti deh. Kalo saya pribadi yang berpendapat, pengikut golongan ini adalah orang-orang yang, kalo nggak berdompet tebal tapi bad looking, ya frustasi. Kenapa? Soalnya, manusia berparas malaikat (dan mulailah lebaynya) ini biasanya dan pasti berada di kelompok anak-anak gaul.
Soal frustasi, well, contoh terbaik yang bisa saya beri adalah, lihatlah artis. Bagaimana sikapnya, tuturnya, and don't mention parasnya! Kemudian, perlahan-lahan aja biar nggak shock, lihatlah fansnya. Again, bagaimana sikapnya, tuturnya, dan... (aduh, saya nggak sanggup mau menyatakan) parasnya.
(pasti sekarang ada yang lagi ngelempar batu ke laptopnya kyahahaha XD)

3. Pintar
Golongan kedua yang biasa berpengikut banyak, tapi sayang kayaknya sih ngga nyadar, adalah anak-anak pintar. Golongan ini, sebenarnya bahkan tidak berkehendak diikuti. Yang menjadi pengikut pun, sebenarnya nggak niat ngikutin. Cuma, berhubung dia rada 'kurang' dalam hal pelajaran, jadi ya...

4. Kaya
Ini 'kaya' secara materi loh ya, bukan ngomongin yang 'menyerupai', bukan!
Golongan ini biasa diikuti karena hartanya, materinya, makanya kasihan banget. Tak jarang orang-orang di golongan ini dimanfaatkan, walaupun banyak juga sih yang nyaman-nyaman saja selama mereka memiliki teman. Wallahu 'allam.

5. Religius
Nah, kalo yang ini, adalah orang-orang yang hanya akan diikuti oleh orang-orang yang dapet hidayah aja. Makanya walaupun pengikutnya sedikit, tapi persaudaraannya mameeeenn!! Kuat sangaaaaddd :0
Entah gimana caranya, tapi saya pribadi berasumsi mereka dilindungi Allah sih. Dan tolong jangan tanya buktinya. Udah banyak, dan mungkin kalau diceritakan bisa dua judul sendiri. Apa? Mau diceritain? Yayaya, nanti ya, kalau saya ada waktu luang *sok sibuk

6. Bakat Natural
"Selalu masukkan sesuatu yang tidak terduga" kata saya, pada saya. Disadari atau tidak, orang-orang digolongan ini, exist. Mereka memang punya bakat, wibawa lah minimal, untuk membuat seseorang feel mesmerized dan akhirnya megikuti mereka. Mereka, punya auranya sendiri. Jadi, gak perlu cantik, gak perlu kaya, cukup dengan perbuatan dan kata-kata, orang bisa manut sama dia! Pernah gak menjumpai orang-orang digolongan ini?

Well, banyak sebenarnya siapa-siapa dan dengan karakteristik yang mana mereka bisa dijadikan sebagai role model, cuma berhubung yang nulis lagi males mikir, jadi yang ada aja dulu ya :p
Nah, dari role model ini, akan terlahirah generasi manusia ModelliModella seperti keterangan dibawah:

1. ModelliModella Akut
Gak usah muna, gak usah nyangkal, terutama buat kalian yang masih ber-'inggih' ria dengan teman-temannya, berarti kalian adalah tipikal orang yang belum bisa mandiri. Kemana temannya pergi, pasti kalian ada disana. Ibarat pinang dibelah, tapi nggak kebelah (bisa bayangin nggak sih?)
Orang-orang di golongan ini, adalah tipe orang yang mudah banget buat dipengaruhi, sekaligus dimanfaatin. Lagi-lagi, nggak usah muna. Manggut aja kalo memang iya.
Kerjaannya nggak jauh-jauh dari temannya. Literally. Ya kayak pinang dibelah terus nggak kebelah itu tadi. Karakteristiknya, suka bilang iya tentang apapun, selama temannya yang ngomong, pasti punya kemampuan ngintil yang bagus, ribut, dan hobi galau.
Buat tipe orang seperti ini, saranku yang pertama jelas, MOVE ON, MAAN! Buat apa sih jadi pengikut kalau bisa jadi pemimpin? Miapah? :/ (maaf sedikir lebay)
"Jangan gantungkan hidupmu pada siapa pun, walau sedetik"

2. ModelliModella Dadakan
Ini tipe ModelliModella yang bisa kita jumpai paling banyak saat pertandingan bola atau racing, pokoknya olah raga yang banyak perdebatan siapa yang menang deh. Orang-orang yang jadi fans dadakan? Nah, merekalah garda depannya.
Karakteristik utama manusia-manusia di golongan ini adalah, jelas tidak memiliki pendirian, terkesan plin plan dan biasanya nggak punya manajemen waktu yang baik (gausah tanya darimana bisa dihubungkan dengan manajemen waktu, cukup tanya dirimu, bener nggak tuh?)
Satu kata deh buat golongan ini, "Urus aja dirimu sendiri, baru orang lain. Jangan dibalik. Dan kalau masih tanya kenapa jangan dibalik, berarti kau juga masuk ke golongan ketiga. Selamat ya"

3. ModelliModella Ogah-ogahan
Tanpa banyak basa basi, golongan ini diperuntukkan khusus untuk orang-orang yang (how can i say this nicely?) kurang pintar. Orang-orang disini biasanya adalah pengikut orang pintar, ya karena itu tadi, mereka adalah kebalikan dari orang pintar.
Ciri-cirinya adalah, selalu manggut dengan apapun yang juga menunjukkan kalau mereka tidak memiliki tujuan hidup, berisik, most likely to be the clown of the class, jelas tidak disiplin, 'shortcut-thinking', dan tidak memiliki kemampuan yang sufficient (see? bahkan untuk mendapatkan sufficient saja sulit).
"Maka sehina-hinanya manusia adalah mereka yang tidak memiliki kemampuan"
Beware, for anyone who meet this kinda people. They're more dangerous than a Megatron or even Voldemort. *penulis tak mampu berkata-kata


Oke, saya rasa sudah cukup. Maaf buat yang laptop atau komputernya rusak abis dilemparin batu gara-gara gak terima. Dan double maaf juga kalau kalian lagi ada di warnet, yang berarti kalian harus ganti rugi PC-nya :p
Nggak dong ya, saya harap kalian tidak semarah dan sebego itu. Oke, sekian terima kasih. Mohon maaf sekali lagi, kalau ada salah-salah kata. Saya hanya berusaha menjadi satu dari sedikit orang Indoesia yang masih menjunjung kejujuran dan transparansi disini.
Kebebasan berpendapat, demokrasi, kan? :)

Pencarian Jati Diri (Part 1)

Alkisah, di sebuah Negeri Antah Brantah bernama Indonesia (katanya Antah Brantah?! -___-) hiduplah seorang anak kecil.

Anak ini, selalu hidup nomaden, berpindah-pindah. Bermula dari kebiasaan orang tuanya, eh malah keterusan, alhasil ia tidak pernah bersama orang yang sama, tidak pernah menetap, bahkan tak jarang terlupakan.

Anak kecil yang bersih pemikirannya, lagi naif, tidak pernah tahu bahwa sebenarnya ia telah dilupakan oleh orang-orang disekitarnya. Yang ia tahu hanyalah, bahwa ia sedang jalan-jalan. Berjalan, terus maju kedepan.

Tahun-tahun berlalu, anak kecil ini pun tumbuh menjadi seseorang yang telah menginjak remaja, orang tuanya pun sudah hidup menetap. Tetapi kebiasaannya yang selalu berpindah-pindah membuat perempuan ini tidak tahan dengan hanya satu kehidupan, dimana masyarakat menuntutnya untuk seperti itu. Ia kaget, mengapa ia bisa masuk ke kehidupan ini? Mengapa mereka begitu individualis? Dan mengapa orang-orang itu berkelompok, hanya bergaul dengan orang yang sama? Apa enaknya? Lantas, mengapa ia berbeda? Ia kebingungan, mencari-cari jati dirinya.

"Oh mungkin, aku tidak akan berbeda bila aku mencoba untuk membaur dengan suatu kelompok" pikirnya suatu hari.

Perempuan ini pun kemudian bergaul dengan suatu kelompok, dimana anak-anaknya adalah tipikal anak remaja gaul. Lima Ber, ber-BB, ber-Fixie, ber-Behel, ber-XLR, dan ber-Mobil.

Memiliki orang tua yang berkecukupan, perempuan ini pun meminta pada kedua orang tuanya untuk membelikan ia segala yang dibutuhkan untuk menjadi anak gaul. Orang tuanya mengiyakan. Hanya dalam waktu sehari, perempuan yang biasa-biasa saja ini resmi dilantik sebagai anak gahol (prokprokprooookkk!!)

Sang Waktu terus berjalan. Lama-kelamaan, perempuan ini bosan dengan kehidupan anak-anak gaul yang hang outnya gak pernah jauh-jauh dari Mall dan Pub. Ia merasa ia hanya hidup di sebuah lingkaran. Selalu melewati sebuah siklus, dan setelah selesai, kembali lagi ke siklus tersebut.
"Ah, tidak bergunanya hidup seperti ini" statement-nya suatu hari.

Ia pun kembali galau. Siapa aku, kalau bukan anak gaul? Secara materi, jelas aku berlebih. Siapa aku?

Kemudian, ia melihat segerombolan anak yang tertutup, terkesan private.
"Eh, siapa mereka?"

Setelah mencari-cari informasi, bertanya sana sini, bahkan sampai menjadi stalker yang kerjanya underground, barulah perempuan ini tahu, kelompok itu adalah golongan orang-orang pintar. 'Dewa'nya sekolah. Garda depan kualitas sekolah bergantung pada manusia-manusia setengah dewa itu. Mereka adalah orang-orang yang hidupnya gak pernah jauh-jauh dari buku. Rutinitas kesehariannya adalah belajar, dan refreshing bagi mereka berarti mengerjakan soal-soal olimpiade. Merasa tertarik, perempuan ini mencoba untuk masuk ke dalam golongan mereka.

Singkat cerita, setelah mondar-mandir mengikuti berbagai macam les, bimbel, mengikuti hampir semua jadwal para 'Manusia Setengah Dewa' itu pun, perempuan ini masuk ke golongan mereka. Ia bahkan menjadi salah satu yang terpintar diantara mereka. Diatas angin, istilahnya. Perempuan ini senang tak kepalang tanggung. Kerja kerasnya terbayar sudah.

Kembali, Sang Waktu merenggut kecintaan perempuan ini terhadap kelompoknya. Lagi-lagi, ia merasa capek dengan hidupnya yang serba berjadwal. Monoton.

Perempuan ini kembali berhenti, dan berfikir.
"Aku bahkan tidak cocok dalam golongan manusia-manusia ini. Siapa aku?"

Perempuan ini terus mencari-cari, kira-kira, kelompok mana lagi yang harus ia ikuti?

Terus menggali, perempuan ini kemudian bertemu dengan sekelompok perempuan yang terkesan sangat private. Lebih private lagi daripada kelompok 'Manusia Setengah Dewa' itu. Setelah mencari tahu, yang memakan waktu sampai beberapa bulan, barulah perempuan ini tahu, mereka adalah kelompok yang agamis. Religius.



Oke! Mau tau kelanjutan ceritanya? Di part 2 yaaa :)